Melalui tulisan singkat ini saya ingin menyampaikan prinsip-prinsip umum dalam mendidik anak. Tidak ada niatan untuk mengguruhi bagi para siapapun yang sudah punya anak dan berpengalaman dalam mendidik anak. Namun saya melihat ada beberapa hal yang sebenarnya tidak bagus namun dianggap bagus, mungkin karena kurang informasi saja.
Mari kita sedikit kupas.
Mendidik anak dengan santun itu adalah wajib. Saya sering melihat dan mendengar para orang tua atau pendidik yang begitu keras dalam mendidik anak. Dengan santun saja kita bisa, jadi tidak usah dengan keras-keras. Kalau anak memang sulit untuk diatur pasti ada hal-hal yang keras yang masuk dalam diri anak dan efeknya juga pada anak, yaitu anak sulit untuk diatur. Dan itu sumbernya dari orang tua atau guru atau lingkungan juga, sehingga tidak selamanya anak itu salah walaupun perilakunya salah.
Maka didiklah anak-anak kita dengan santun dan santai. Jangan mudah panik, naik darah, mata melotot, tangan mengepal karena kita tidak bisa menguasai emosi kita. Kalau anak kita sekarang nakal tidak ada jaminan ini sifatnya permanen. Esok hari bisa berubah, minggu depan, tahun depan dan waktu-waktu yang akan datang. Kita harus optimis dan berbaik sangka.
Kita harus menghindari kata-kata negatif pada anak. Karena jika kata-kata negatif itu sering kita diucapkan, akan menjadi kenyataan yaitu anak menjadi negatif. Kata itu kan temasuk do’a, kata itu termasuk hipnotis/sihir (dalam tanda kutip). Yang sering saya dengar dimasyarakat diantaranya :
“wah anak ku nakal e mas”
“bocah kok ndendeng”
“bocah kok goblok”
“mbok yo mikir, otakmu itu dipakai”
dan seterusnya.
Saat saya dijogja sering kata-kata negatif seperti itu. Saat KKN juga ia. Saat dilingkungan tempat tinggal juga seperti itu.
Sekali lagi, mohon ini dikurangi dan dihilangkan. Rasulullah SAW sangat santun dalam mendidik anak. Rasulullah SAW mencium anak, menggendong anak, memeluk anak dan bermain dengan anak. Dampak lainnya dari kata-kata negatif selain anak susah diatur adalah anak jadi minder, penakut, dan tentunya sel otak tidak berkembang dengan baik. Jiwapun menjadi jiwa yang kerdil.
Tanpa keteladanan akan menjadi bumerah tersendiri bagi orang tua. Orang tua baik dan anakpun juga menjadi baik, itu yang kita harapkan.
4. Dunia anak beda dengan dunia dewasa
Ini sangat jelas sekali. Dari segi fisik beda dengan fisik orang dewasa. Dari jiwa juga beda dan dari segi kemampuan berfikirpun juga beda. Sehingga tidak boleh menghukum anak dengan hukuman fisik yang berat. Tidak boleh menuntut anak untuk segera faham dengan apa yang dimaui oleh orang tua atau guru.
Pasti berbeda kemampuan memahami anak dengan orang tua. Maka fahami anak bagaimana cara menyampaikan pesan/nasihat agar mudah untuk diterima. Bahasapun tentu beda dengan percakapan dengan orang tua.
5. 3 kata yang jarang diucapkan.
Ada tiga kata yang sering tidak diucapkan oleh kita dalam mendidik anak-anak. Ini kelanjutan poin 1 dan 2. Yaitu kata terimakasih, minta tolong dan minta maaf.
Kalau kita dibantu oleh anak dalam mengerjakan sesuatu maka ucapkan kata terimakasih.
Contoh : “Terimakasih ya, adik sudah mbantu ibuk cuci piring”
Kalau kita memerintah anak untuk melakukan sesuatu maka ucapkan kata minta tolong.
Contoh : “adik yang manis, ibuk minta tolong ambilkan sapu di halaman. Ya......”
Kalau kita melakukan kesalahan pada anak, maka jangan segan-segan minta maaf pada anak.
Contoh : “adik, ibuk minta maaf ya tadi sudah marah-marah pada adik, pada hal kuncinya yang mbawa ayah bukan adik. Adik, Maafin ibuk ya”
Ini kelihatannya sepele namun ternyata punya dampak yang besar. Anak akan mudah minta maaf jika ia salah, anak akan mudah berterimakasih atas kebaikan orang lain dan anak tidak akan terasa tertekan atas perintah kita karena kita memakai kata “minta tolong”
6. Bersikap tegas jangan keras
Beda lho tegas dan keras itu. Kalau sikap tegas itu pendirian yang tetap dipertahankan tanpa emosional. Namun kalau keras itu emosional, sehingga ada istilah : “kekerasa fisik dan psikis”.
Iya kan? Maka bersikap tegas lah jangan keras.
7. Jika anak salah jangan marah
Jika anak kita melakukan kesalahan maka jangan marah. Misal gelas pecah, piring pecah, jangan sampai membuat kita marah pada anak. Anak itu baru proses belajar, biarlah ia belajar sambil kita bimbing/arahkan tanpa kekerasan atau amarah.
Jika gelas pecah karena anak maka ajaklah anak untuk membersihkan dan tanyakan keadaan anak. Apakah terluka atau tidak, dan bimbinglah agar besok lebih hati-hati lagi. Pecah mungkin karena berat, karena gelasnya panas, kaki tersandung, kaget karena ada cicak jatuh dan lain sebagainya. Banyak penyebab terjadinya sebuah kejadian atau peristiwa, dan itu yang harus kita gali.
Selamat mendidik anak-anak kita.
Yang belum punya anak ya nikmati saja sebagai bahan pembelajaran, sebagai bekal nantinya. Sepakat?