Jumat, 23 Mei 2008

Ia Begitu Sabar

Tugiran namanya. Saya terbiasa memanggil dengan embel-embel "mas". Jadi panggil mas tugiran. Sahabat saya yang saya kagumi akan kesabarannya. Sahabat saya ini berjuang luar biasa dalam hidupnya. Demi mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga (orang tua) ia bekerja di pasar wonosari jualan keliling. Barang yang di jual diantarnya: air minum/air mineral, tisu, korek api, kapur barus dan lain sebagainya.

Yang mengagumkan lagi, perjalanan dari rumah sampai kewonosari ia lalui dengan naik sepeda ontel. Suatu hal yang sangat alergi bagi kebanyakan orang dijaman ini. Kebetulan rumahya dekat dengan rumah saya. Kalau jalan naik sepeda motor bisa 30 menit lamanya, berarti kalau pakek sepeda ontel labih dari itu. 1 jam lebih. Ini ia jalani dalam setiap harinya. Pulang pergi naik ontel setiap hari.

Sering disore hari saya ketemu mas tugiran jamaah maghrib dimasjid saya dengan sorot mata yang tinggal 1/2 watt. Pasti ia capek pulang pergi dengan ontelnya itu.

Subhanallah, perjuangan yang hebat.
Jangan sampai kita ini merasa bahwa diri kita paling sengsara se dunia. Ternyata masih ada yang lebih prihatin dalam hidupnya.

Ya Allah terimakasih banyak atas hikmah kehidupan ini. Engkau jadikan hidupku begitu indah. Ya Allah terimakasih atas samudra hikmah tanpa bertepi ini.

Posting ini spesial saya persembahkan buat diriku sendiri dan sahabat2 sekalian yang membaca.

Ia begitu sabarnya.

Minggu, 18 Mei 2008

Kujemput Jodohku


Ya Akhi, jika saat ini engkau sedang mengalami kesendirian dalam menanti sang pujaan, yakinlah bahwa dirinya yang akan segera diberikan sedang melakukan hal yang sama. Si dia sedang dididik dan ditempa oleh-Nya untuk menjadi pendamping lelaki sepertimu.
Ya Ukhti, engkau pun demikian. Jangan berkecil hati dan sempit pandangan hanya karena dia yang pernah menjadi pujaan, diyakini menjadi teman perjuangan, justru bukan sebaik-baik pilihan. Allah pasti sudah menyiapkan gantinya yang jauh lebih baik; jauh lebih saleh, jika engkau berupaya menjaga dirimu.

Tiada yang salah dengan janji-Nya. Tiada yang meleset dengan ketetapan-Nya. Tiada yang keliru dengan segala iradat-Nya. Semua telah dituliskan. Setiap kejadian telah dibukukan.
Oleh karena itu, sudah bukan saatnya lagi untuk merenung, menangis, menyesali diri, apalagi sampai menyalahkan takdir yang telah terjadi. Ciptakan mimpi, raih prestasi. Jemputlah sang kekasih pujaan hati dengan penuh keyakinan dan tetap menjaga semangat tinggi.
Engkau berani?

Catatan : Buku ini keluaran prou media jogja